Hubungan Impian dan Peristiwa yang dialami seorang hamba

Banyak orang berharap, tapi harapan tak kunjung datang, banyak orang bermimpi tapi sekian tahun kedepannya kenyataan sama sekali jauh dari impian.

Ahli hikmah mengatakan bahwa apa yang kita pikirkan hari ini adalah kenyataan di masa yang akan datang, berarti kejadian hari ini adalah buah hasil pikiran kita dimasa yang lalu.

Pendapat tersebut tak sepenuhnya benar, sebab kenyataannya banyak orang yang mendapatkan musibah padahal ia tak pernah memimpikan atau menginginkan musibah itu datang.

Banyak bencana menimpa seseorang atau sekelompok kaum padahal mereka sama sekali tak menduga atau membayangkan bahwa bencana itu akan datang.
Semua yang terjadi adalah semata-mata kehendak Allah Azza Wa Jala. Manusia tak secuilpun bisa turut campur tangan dalam hal ini.

Pertanyaannya :
“ Apakah setiap peristiwa atau kejadian bisa terjadi diluar keinginan ataupun impian seseorang???

Jawaban :
Jika impian itu menuju sebuah kebaikan, maka bisa jadi bahwa impian itu akan tercapai. Contohnya seorang pelajar yang bermimpi mendapatkan nilai yang bagus, kemudian dia iringi impiannya itu dengan belajar yang tekun, maka impian tersebut akan membuahkan hasil

Tapi, yang menjadi permasalahan adalah apabila seseorang mempunyai sebuah impian tapi seiring dia berusaha untuk menggapai impian tersebut justru bencana atau malapetaka yang datang. Kemungkinan penyebab pertama adalah orang tersebut terlibat kemaksiatan, baik itu kemaksiatan yang berhubungan dengan kegiatannya dalam mengejar impian atau kemaksiatan dalam hal yang lain.

Pertanyaan :
Bagaimana mengatasi hal ini bila sudah terjadi.

Jawaban:
Solusinya adalah orang tersebut harus bertobat dari maksiat yang ia lakukan dengan tobat yang sebenar-benarnya, berjanji untuk meninggalkan maksiat itu selama-lamanya dan dibuktikan dengan tidak mengulanginya lagi,

Pertanyaan :
Bagaimana ketika dalam masa tobat tersebut, ia lupa dan kembali melakukan maksiat. Maka, Allah kembali akan menimpakan bencana terhadap dirinya, sebab ia ibarat keledai yang ketika berjalan selalu jatuh kedalam lobang yang sama untuk kesekian kalinya.

Jawaban :
Jika yang ia lakukan hanya jatuh bangun dalam hal maksiat, tobat, kemudian lupa dan maksiat lagi, tobat lagi. Hal itu jka dilakuan terus dan berulang-ulang maka ia berarti telah melakukan perbuatan yang sia-sia. Ibarat gadis pemintal benang yang kisahnya diabadikan dalam Al’Qur’an sebagai pelajaran tentang bahwa tidak baik melakukan hal yang sia-sia.

Pertanyaan :
Bagaimana keluar dari lingkaran sia-sia tersebut?

Jawaban :
Solusinya adalah meninggalkan semua hal yang berhubungan dan mengingatkan kita dengan maksiat yang pernah kita lakukan. Caranya
1.
HIjrah ke lingkungan / daerah yang baru, dimana kita menemukan hal yang baru yang tidak mengingatkan kita pada dosa-dosa yang telah kita lakukan sehingga mengurangi kemungkinan kita akan mengulangi dosa tersebut.
2.
Meninggalkan dan menghilangkan benda yang berhubungan dengan dosa yang kita perbuat, sebab jika kita berada dekat dengan benda tersebut,maka hati kita bisa goyah dan tergoda untuk mengulanginya.
3.
Mengisi waktu dengan hal – hal yang bermanfaat, misal menulis, ikut majelis ilmu, membaca, bergaul dengan komunitas orang-orang sholeh

Pertanyaan :
Bagaimana jika kita telah bertobat nasuha dan telah sekian lama meninggalkan maksiat tapi impian kita belum juga tercapai.

Jawaban :
Ingatlah janji Allah bahwa Allah akan memberi karunia yang besar kepada orang-orang yang sabar , walaupun nikmat dan impian tersebut belum juga terwujud tapi dia tetap istiqomah untuk berada dijalan-Nya, tidak berpikir untuk menyimpang sedikitpun, tidak kecewa akan lambatnya terkabul doa, optimis bahwa Allah akan menepati janjinya.

Maka ketika ia bisa melewati semua itu, Allah akan mengangkat derajat orang tersebut menjadi mulia di sisi-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan klik disini untuk memberi komentar