Berantas HIV/AIDS Melalui Program Care, Support & Treatment (CST)

Oleh : Afrida Sofiani

AIDS merupakan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang diakibatkan oleh serangan virus HIV. Endemi HIV/AIDS sejak wabah tahun 1981 telah menjadi ancaman kemanusiaan. Berdasarkan data global UNAIDS, tahun 2005 terdapat 3,1 juta orang meninggal karena AIDS, dan tahun 2006 terdapat 4,1 juta kasus HIV/AIDS. Hasil estimasi Depkes, tahun 2003 terdapat 99.000-130.000 kasus HIV/AIDS di Indonesia. Tahun 2006 terjadi peningkatan kasus sebanyak 169.000-216.000 orang.

Prevalensi kasus HIV/AIDS setiap periode menunjukkan bahwa pandemik ini semakin meluas. Setiap tahun terjadi peningkatan jumlah penderita. Penanggulangan terus digencarkan terutama setelah program 3by5WHO yang dirubah menjadi kebijakan Universal Access. WHO mengharapkan setiap negara merencanakan dan mengembangkan program yang signifikan untuk menekan perkembangan HIV/AIDS sesuai kemampuan negara tersebut. Indonesia merespon dengan menetapkan strategi penanggulangan nasional. Stranas terbaru adalah periode 2007-2010 yang menjabarkan paradigma upaya penanggulangan komprehensif dan terintegrasi.
Namun, seiring dengan upaya penanggulangan tersebut, HIV/AIDS masih merayap cepat.

Dari berbagai upaya yang dilakukan belum terlihat perubahan bermakna atau penurunan siginifikan kurva prevalensi kasus. Pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS masih minim, pola hidup mereka khususnya pada sub-populasi beresiko masih pada tahap kesadaran yang sangat kurang, bahkan perilaku seks bebas dan penggunaan NAPZA terutama penasun makin merajalela, seolah-olah melegalkan sistem hidup mereka yang menyimpang dari norma dan hukum.

Masalah lain yang muncul adalah 75-80% ODHA berada pada rentang usia produktif (19-40 tahun). Saat ini diperkirakan 7,3 juta perempuan muda dan 4,5 juta laki-laki muda terinfeksi HIV/AIDS. Tingginya proporsi kasus pada kelompok usia produktif akan berdampak pada stabilitas ekonomi nasional, sebab dari invidu ODHA sendiri tidak efektif bekerja dan dari segi bisnis terjadi penurunan keuntungan dan produktivitas sebab kehilangan pekerja. Selain itu terjadi peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan bagi ODHA, waktu dan sumber daya pelaksana untuk menangani HIV/AIDS akan mempengaruhi program kesehatan yang lain. Keluarga ODHA akan terbebani dari segi waktu dan biaya pengobatan, sehingga membatasi aktivitas pekerjaan mereka dan secara tidak langsung berakibat pada peningkatan kemiskinan. Pada aspek demografi terjadi penurunan angka harapan hidup sebab semakin banyak orang yang diperkirakan hidup dalam usia pendek.

Berbagai masalah yang mengkristal tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan negara. Dalam hal ini, harus diselenggarakan upaya optimal dan kerjasama semua pihak secara universal agar puncak penanggulangan HIV/AIDS efektif dan efisien.

Jika upaya yang dilakukan tidak menunjukkan perubahan bermakna, maka sesuai proyeksi para ahli epidemiologi Indonesia bahwa tahun 2010 kasus HIV/AIDS mencapai 400.000 jiwa, bahkan tahun 2015 mencapai 1.000.000 jiwa.

Para ODHA perlu mendapatkan perawatan, dukungan dan pengobatan optimal dalam rangka pencegahan penularan terhadap orang lain. Semakin banyak ODHA yang teratasi, otomatis akan mengurangi penularan dan menekan laju perkembangan HIV/AIDS.

CST (Care, Support and Treatment)


CST merupakan suatu layanan medis, psikologis dan sosial yang terpadu dan berkesinambungan dalam menyelesaikan masalah terhadap ODHA selama perawatan dan pengobatan. Akselerasi upaya CST akan maksimal jika disinergikan dengan upaya pencegahan penularan dari ODHA sendiri.

Dalam akselerasi upaya CST, pemerintah, praktisi kesehatan, LSM, serta elemen lainnya harus bekerjasama dalam peningkatan akses pendanaan, perencanaan yang mapan dan penataan manajemen program untuk mempercepat langkah global penanggulangan HIV/AIDS jangka panjang.

Akselerasi upaya ini didukung oleh 3 hal inti, meliputi :
1.
Produksi dan distribusi obat.

Melalui SK No.1190/MENKES/2004, Depkes telah menetapkan pemberian obat gratis Anti Retroviral (ARV) ODHA. Hal ini menguntungkan bagi ODHA dengan latar belakang ekonomi menengah kebawah. Walaupun program ini telah diluncurkan tahun 2004, masih banyak ODHA yang belum dapat mengecap subsidi ini, terindikasi dengan masih meningkatnya prevalensi kasus.

Merupakan tugas komunitas mempromosikan program ini terhadap ODHA khususnya ODHA dengan jangkauan sulit yang cenderung menghilang karena stigma dan diskriminasi setelah tes positif. Masyarakat dan semua elemennya harus berkenan mengakui status sosial ODHA agar semakin banyak ODHA yang membuka diri dan mengikuti program pengobatan gratis dengan mutu hidup menjadi lebih baik.
Perlu upaya bahu-membahu untuk memancing ODHA agar keluar dari persembunyian status mereka sebagai pengidap HIV/AIDS dan hidup berbaur di lingkungan yang sehat dengan tetap mematuhi program pengobatan jangka panjang.

2.
Layanan Kesehatan

Melalui SK No.760/MENKES/SK/VI/2007 telah ditunjuk 237 RS Rujukan bagi ODHA dengan akselerasi program konseling dan testing sukarela (VCT), pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi (PMCT) dan perawatan, pengobatan serta dukungan (CST).
Program ini perlu sosialisasi optimal melalui berbagai media untuk mengundang ODHA dan orang dengan perilaku beresiko datang ke pusat layanan tanpa rasa takut dan malu, sebab sudah ada bagian khusus yang menanganinya tanpa harus berbaur dengan pasien penyakit lain.

Selebaran dan pamplet tentang HIV/AIDS harus selalu tersedia di tempat-tempat umum agar masyarakat menyadari keseriusan penanggulangannya. Media masa dan elektronik harus membantu promosi ini. Dengan demikian, masyarakat akan termotivasi untuk menyebarkan berita program penanggulangan HIV/AIDS melalui pembicaraan dari mulut ke mulut yang merupakan promosi gratis bagi pemerintah dan edukasi kepada masyarakat.

Hal ini membantu memunculkan opini positif bagi ODHA dan orang dengan perilaku beresiko sehingga bersedia mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

3.
Sumber daya pelaksana

Dr.Priot (Direktur Eksekutif UNICEF) mengatakan bahwa hasil yang mengembirakan dalam pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS menunjukkan adanya timbal balik yang sepadan dengan sumber daya yang dialokasikan dalam penanggulangannya.

Sumber daya haruslah mempunyai keahlian, khususnya dibidang CST (Care, Support & Treatment), VCT (Voluntary Counseling & Testing), UP (Universal Precaution), Laboratorium, Psicotherapy dan Psicoreligy. Untuk itu diperlukan peningkatan edukasi dan pelatihan tenaga-tenaga profesional sebagai pelaksana program.

Umumnya ODHA punya keinginan kuat untuk keluar dari lingkaran setan pola hidup mereka. Hal itu mendorong ODHA untuk datang ke pusat layanan kesehatan dan menemui tenaga profesional yang mampu membantunya. Jika tenaga tersebut terlatih dan mendapatkan kepercayaan dari ODHA, maka secara sukarela ODHA akan mengikuti aturan baku pengobatan yang ditetapkan.

Namun harus ada respon timbal balik dan upaya yang sepadan agar semua ODHA dapat terjangkau pengobatannya, sebab tidak semua ODHA mau mendatangi praktisi medis. Perlu aktivitas penjemputan yang dapat dilakukan oleh tim khusus atau satuan petugas (satgas) dalam surveilans ODHA yang menyembunyikan diri. Aktivitas penjemputan didahului dengan aktivitas pendekatan personal secara kontineu terhadap ODHA dan keluarganya yang bisa dilihat dari dokumentasi hasil VCT atau laporan masyarakat tentang kondisi lapangan khususnya di sub-populasi beresiko. Peran masyarakat penting dalam mempermudah tugas tim satgas.

Kesuksesan mengatasi satu ODHA akan mengundang kedatangan ODHA yang lain. ODHA yang telah mencapai mutu hidup yang lebih baik, perlu memaparkan pengalaman mereka di media untuk memancing para ODHA yang belum terjangkau dalam mengecap manfaat program CST.

A.Care (Perawatan)


Implemetasi perawatan bersifat komprehensif berkesinambungan yaitu perawatan yang melibatkan jaringan sumberdaya dan pelayanan dukungan secara holistik, komprehensif dan luas untuk ODHA maupun keluarganya dan menghubungkan antara perawatan di rumah sakit dengan perawatan di rumah secara timbal balik sepanjang perjalanan penyakit.
Pencapaian hal tersebut merupakan tanggung jawab tenaga medis yang berperan pada perawatan di rumah sakit dan keluarga yang berperan pada perawatan di rumah.
Tindakan kedua pihak terhadap perawatan ODHA harus dimaksimalkan agar pelayanan komprehensif bisa tercapai. Rumah sakit rujukan umumnya sudah memiliki Peraturan Tetap Tindakan Perawatan, yang perlu disosialisasikan adalah kesinambungan perawatan di rumah, seperti:

1.Pendanaan dan informed concent tertulis antara ODHA, keluarga, dokter dan elemen yang terkait.

2.Perbekalan untuk ODHA dan perawat di rumah, seperti sarung tangan lateks sekali pakai, masker, pemutih, serbet (sebaiknya tersedia banyak). Juga perlu penyediaan obat demam dan diare, anti nyeri, anti mual, salf kulit, serta tabung oksigen jika sewaktu-waktu diperlukan.

3.Diit gizi seimbang. Kebersihan pengolahan bahan mentah, kesterilan alat dan proses memasak serta kematangan penyajian makanan dan minuman bagi ODHA penting diperhatikan.

4.Kenyamanan perawatan. Jika ODHA banyak berbaring cegah dekubitus dengan mengubah-ubah posisi tidurnya, jika pernafasan bermasalah tinggikan bantal punggung dan atur ventilasi ruangan, olahraga ringan di tempat tidur membantu mencegah kekakuan otot.


B.Treatment ( Pengobatan)

Pada dasarnya mencakup aspek medis klinis, psikologis klinis dan sosial. Pengobatan medis klinis meliputi:

1.Pengobatan supportif.
Mencakup penilaian gizi ODHA dari awal untuk mencegah gangguan nutrisi yang memperburuk kondisi. Bila nafsu makan sangat menurun pertimbangkan pemberian obat anabolik steroid.

2.Profilaksis infeksi oportunistik (IO).
Infeksi oprortunistik yang sering terjadi misalnya renitis, kebutaan bahkan ensefalitis akibat cyto megalo virus, tuberkulosis, toksoplasmosis, PCP, jamur kandida. Pengobatan profilaksis IO bisa didapatkan di RS Rujukan khusus penanganan HIV/AIDS.

3.Terapi Antiretroviral (ARV)
ARV berfungsi memperlambat perjalanan penyakit, meningkatkan jumlah sel CD4 dan mengurangi jumlah virus dalam darah. Pertimbangan memulai ARV adalah jika CD4 berjumlah 200-350/mm3. Sebelum memulai terapi ARV, ODHA perlu mendapatkan konseling kepatuhan tentang cara penggunaan, efek samping, tanda bahaya dan semua yang terkait dengan terapi agar tidak terjadi resistensi.

Umumnya dokter mengusulkan mulai ARV dengan kombinasi tiga obat, yang sering disebut highly active antiretroviral therapy, mencakup dua obat dari golongan NRTI dan satu dari golongan NNRTI atau golongan protease inhibitor (PI). NRTI yang paling tersedia di Indonesia adalah AZT, 3TC, ddI dan d4T. Dua kombinasi NRTI yang sering dianjurkan adalah AZT + 3TC dan d4T + 3TC.

Bila terjadi kegagalan terapi di masa depan akibat resistensi, semua obat harus diganti dengan kombinasi baru.


C.Support (Dukungan)

Dukungan merupakan pengobatan aspek psikologis klinis dan sosial. Upaya dapat berupa konseling pendampingan psikoterapi oleh konselor dan psikoreligi oleh pemuka agama sesuai keyakinan ODHA, dalam bentuk kunjungan terbuka atau konsultasi via telpon/internet.

Masyarakat khususnya sub-populasi beresiko perlu diberikan edukasi yang benar tentang HIV/AIDS berupa penyuluhan dan diskusi terbuka, termasuk menghilangkan stigma dan diskriminasi untuk mengurangi beban psikis, stress dan depresi pada ODHA sebab ODHA juga memiliki hak-hak asasi. Kestabilan emosional mempengaruhi peningkatan ketahanan tubuh sehingga menurunnya pertumbuhan virus. Berada di komunitas yang menghormati dan menghargai keberadaannya akan membuat ODHA bertahan hidup.

Dukungan pendanaan dari pemerintah dan LSM terkait, diperlukan bagi ODHA dan keluarga, sebab program pengobatan jangka panjang berdampak pada peningkatan kebutuhan biaya. Pemerintah perlu membuat anggaran khusus terkait dengan hal ini dan para borjuis perlu mendukung dengan memberikan bantuan dana kesehatan secara cuma-cuma.

Jika semua ODHA terjangkau mendapatkan akses layanan CST, dan negara bersama rakyat memiliki visi dan misi yang sama dalam penanggulangan HIV/ AIDS maka program ini akan mencapai puncak keberhasilan selaras dengan program universal acces WHO.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan klik disini untuk memberi komentar